Bahasa Inggris = Bahasa Orang Kafir?

24 Agustus 2013

“Jika seseorang ingin bahagia, seharusnya ia belajar bahasa Arab,” kata seorang teman.

Dahiku berkerut, dalam hati bertanya-tanya. Apa hubungannya?

“Iya, seseorang harus belajar bahasa Arab jika ia ingin bahagia. Mengapa? Karena seluk-beluk masalah kehidupan ada di sini,” lanjutnya sambil menunjukkan Al-Qur’an di tangan kanannya.

Aku masih diam saja, membiarkannya melanjutkan perkataannya.

“Kita tidak perlu belajar bahasa Inggris. Kita hanya terpengaruh orang-orang Barat.”

Hei!, jeritku dalam hati. Sadar tidak orang yang kauajak bicara ini mahasiswi jurusan apa?

* * *

Bahkan ketika Kretek sudah tertinggal jauh di belakang, beberapa kalimat itu entah mengapa enggan enyah dari kepala.

Hmmm… Lebih baik dilawan dengan tulisan. Lebih “berkelas”, tekadku malam ini.

* * *

Well, aku mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris, jadi harap maklum jika saja aku tak terlalu menyukai kalimat dari seorang teman seperti yang tertulis di awal cerita ini. Aku menghargai pendapatnya, dan alangkah lebih baik jika ia juga mau membaca tulisan sederhana ini. So, here we go

Sebagai umat Islam, aku paham bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi Muslim dan Muslimah. Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim.”

Allah juga telah berfirman dalam Q.S. al-Mujadalah (58) ayat 11, “… niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. …”

Ilmu yang dimaksud tentu bukan ilmu sihir, ilmu hitam, dan ilmu-ilmu yang menyesatkan lainnya. Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu dunia dan ilmu akhirat.

Sepanjang pengetahuanku, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dan saudara-saudaranya termasuk dalam kategori ilmu dunia. Sedangkan yang termasuk dalam kategori ilmu akhirat adalah Fiqih, Nahwu, Tafsir, dan lain sebagainya. Sekali lagi, ini menurut pengetahuanku. Jika ada kesalahan, boleh dikoreksi. 🙂

Aku belajar bahasa Inggris tentu bukan tanpa alasan. Sejak aku duduk di kelas 4 SD, aku sudah tertarik dengan pelajaran yang satu ini. Nilai-nilai bahasa Inggris yang kudapatkan dari SD sampai SMA boleh dibilang cukup memuaskan. Bahkan ketika SMA aku dengan sadar memilih jurusan Bahasa karena aku ingin melanjutkan kuliah di jurusan bahasa Inggris. Alhamdulillah, aku akan memasuki semester 7, tinggal menghitung hari saja. Aku hampir menyelesaikan studiku ketika seorang teman berkata bahwa seseorang tidak perlu belajar bahasa Inggris karena pengaruh orang-orang Barat. Bagaimana bisa? Masa’ iya selama ini aku salah jika aku belajar bahasa Inggris?

Baiklah, aku paham sekarang. Bahasa Inggris adalah bahasa yang digunakan di negara-negara yang mayoritas penduduknya adalah (maaf) kafir. Mungkin, inilah alasan mengapa seorang teman tersebut tidak menyukai apapun tentang bahasa Inggris. Apapun. Dari lagu-lagu yang kuputar dari HP, dari cara bicaraku yang sesekali menggunakan bahasa Inggris, dan lain-lain. Dan, inilah sudut pandangku.

Sebagai Muslimah, aku paham bahwa umat Islam tidak boleh menyerupai kaum lain. Tetapi, kemudian aku bertanya-tanya. Apakah mempelajari bahasa Inggris bisa dianggap menyerupai kaum lain? Kaum lain yang dimaksud di sini adalah kaum kafir. Kalau iya, lantas apa bedanya dengan mempelajari Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dan lain-lain? Bukankah mereka juga mempelajarinya? Lalu, dimana letak “kesalahannya” jika seseorang mempelajari bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa Korea, bahasa Jepang, dan bahasa yang (katanya) digunakan oleh orang kafir? Hei, jangan lupa! Di negara-negara yang mayoritas penduduknya kafir tersebut, tetap ada saudara-saudara kita. Ada orang Islam di sana, meskipun populasinya tidak sebanyak di Indonesia. Dan, di Arab sekalipun, negara yang menggunakan “bahasa Allah”, tetap saja ada orang kafir tinggal di sana. Jadi, sekali lagi, dimana letak “kesalahannya”?

Kita tidak bisa begitu saja men-judge bahasa Inggris adalah bahasa orang kafir. Di Amerika, Inggris, Australia, dan di negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris, ada saudara kita, saudara sesama Muslim. Jika umat Islam di sana bersikeras menggunakan bahasa Arab, bagaimana mereka bisa bertahan hidup di sana? Bahasa juga merupakan salah satu “alat” untuk bisa bertahan hidup selain uang. Pernyataan ini aku dapatkan ketika mengikuti mata kuliah English for Specific Purposes semester 6 lalu.

Jangan dikira mempelajari ilmu bahasa itu lebih mudah dibandingkan mempelajari ilmu eksak. Sama susahnya. Aku harus memutar lagu berbahasa Inggris hampir setiap hari untuk melatih listening. Aku harus bermuka tebal jika bahasa Inggrisku kacau-balau saat speaking. Aku harus menahan rasa kantuk yang menyerang setiap reading. Dan, aku harus bolak-balik kamus untuk menemukan vocabulary ketika writing. Jangan, jangan pernah sekalipun meremehkan ilmu bahasa.

Awalnya, aku mempelajari bahasa Inggris karena aku menyukainya. Tetapi semakin ke sini, aku semakin sadar bahwa kemampuan berbahasa Inggris yang kumiliki juga harus digunakan untuk kepentingan umat Islam, salah satunya adalah untuk berdakwah. Bayangkan saja, jika aku bertemu bule-bule yang sedang asyik melancong di Malioboro dan mereka bertanya mengapa Muslimah harus memakai jilbab? Jika aku tidak menguasai bahasa mereka, aku tentu tidak bisa menjelaskan bahwa Islam sangat mengistimewakan kaum wanita. Islam sangat menginginkan kaum wanita selamat di dunia dan di akhirat. Di dunia, wanita akan selamat dari (maaf) pelecehan seksual, pemerkosaan, dan tindak kejahatan lainnya. Di akhirat, wanita akan selamat dari panasnya api neraka. Nah! Masa’ iya aku harus menggunakan bahasa isyarat untuk menjelaskan kepada mereka? -___-

Percaya atau tidak, bule-bule yang datang mengunjungi tempat wisata di Indonesia terpikat dengan orang Indonesia yang percaya diri menggunakan bahasa Inggris. Meskipun seorang tukang becak di Malioboro hanya tahu yes, no, go there dengan gerakan tangannya, itu sudah sangat membantu seorang bule yang menanyakan direction. That’s why, wisatawan luar negeri yang datang ke Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Dan, tentu saja ini merupakan kabar baik untuk Indonesia yang kaya akan tempat wisata yang amazing! 😀

Well, ilmu dimana-mana sama. Tidak ada yang lebih tinggi, pun tidak ada yang lebih rendah. Ilmu itu sama, sama-sama berharga untuk orang yang mau mempelajarinya. Tidak ada jalan yang mudah untuk mendapatkan ilmu. Semudah apapun ilmu yang dipelajari seseorang, ia tetap harus berjuang—melawan rasa malas yang menggelayuti, contohnya. Jadi, jangan meremehkan ilmu yang sedang dipelajari seseorang, boleh jadi esok lusa kita malah membutuhkan bantuannya. Apalagi sampai mengaitkan ilmu itu dengan kaum tertentu. Last but not least, Allah berfirman dalam Q.S. Al Hujurat (49) ayat 13, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”

6 thoughts on “Bahasa Inggris = Bahasa Orang Kafir?

  1. Setuju. Gak semua yg ngomong bahasa Arab itu bahagia, di Arab aja yg bahasa sehari2nya bahasa Arab masih banyak yg depresi, “sakit”, makanya banyak yg menganiaya pekerja domestik.
    Kemampuan berbahasa Inggris itu sangat valuable, dulu saya pikir punya bakat bahasa asing itu gak sekeren mereka yg gelarnya sarjana matematik, arsitek, or scientist. Skrg, saya pikir justru itu tuh berkah, English opens doors. It is your first step. Good luck sm studynya. 🙂

  2. Santai aja….,,woles…! yang mengatakan bahasa Inggris bahasa orang kafir itu terlalu tergesa-gesa men-judge seperti itu. mungkin dia lagi phobia sama yang berbau barat terlalu banyak baca buku-buku anti-barat jd kayak gitu itu, seolah semua hal berbau barat buruk, musyrik, kafir, murtad. Kalau memang dia itu konsisten sama pendiriannya, coba gak usah pake celana, gak usah pake dasi, pake, topi, pake alat teknologi! bisakah? kalau katannya itu semua juga kafir karena barat yang memakai? ada ada saja. So, take it easy …!
    yang menyelamatkan kitra buan semata-mata bahasa Arab, tetapi banyak variabel lain, paham bahasa arab adalah salah satu, bukan berarti satu-satunya. sebab kebahagiaan seseorang tidak bisa diukur hanya dengan menguasahi bahasa Arab.

  3. sebenernya saya yakin maksud teman penulis disini itu baik, tapi sayangnya cara penyampaiannya saja yang kurang pas dan benar apa yang dikatakan @cahbagoesdewe “telalu tergesa-gesa”.

    mengenai hadist yg kakak sebutkan di atas :
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Menuntut ilmu itu wajib (hukumnya) atas setiap muslim” (Shahihul Jami’ 3913)

    Yang dimaksud dalam hadits ini adalah menuntut ilmu syar’i. Kewajiban menuntut ilmu ini mencakup seluruh individu Muslim dan Muslimah, baik dia sebagai orang tua, anak, karyawan, dosen, Doktor, Profesor, Sastrawan dan yang lainnya.

    Sedangkan ilmu dunia (mtk,fisika, begitu juga bahasa asing) ini hukumnya fardhu kifayah, tidak wajib bagi seorang muslim namun tergantung kepada tujuan dan kebutuhannya, apabila tujuannya adalah untuk ketaatan kepada Allah maka hal itu akan menjadi baik dan apabila dengan mempelajarinya dapat memenuhi kebutuhan kaum muslimin maka hal itu dapat menjadi wajib. [Lihat Kitabul ‘Ilmi (hal. 13-14)]

    bisa jadi dengan mempelajari ilmu tersebut (ilmu dunia) seperti ilmu kedokteran, teknik, dan juga b.ing tentunya 🙂 jika diniatkan untuk membela agama Allah, dan untuk kepentingan umat muslim maka sangat berdampak positif bagi agama maupun penuntut ilmunya.
    contohnya seperti yg disebutkan penulis “aku semakin sadar bahwa kemampuan berbahasa Inggris yang kumiliki juga harus digunakan untuk kepentingan umat Islam, salah satunya adalah untuk berdakwah.”

    mungkin maksud tersirat dari temen penulis yg mengatakan hal tersebut itu jangan sampai kita lalai memperlajari ilmu agama, karna terlalu condong mempelajari ilmu dunia. Padahal ilmu agama adalah pondasi dari segala ilmu. 🙂
    wah panjang juga, semoga bermanfaat..maaf kalo ada kata yang kurang baik, semoga dimaafkan.

    ““Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).”

    • Assalaamu’alaikum, Mardiah Khairunisa. Terima kasih untuk ilmu yang dibagikan di kolom komentar ini, Alhamdulillaah bisa menambah pengetahuan. Mohon maaf juga kalau ada kata-kata dari saya yang kurang berkenan. 🙂

  4. maaf saya mau berbagi terhadap 2 komentar sebelumnya..dan “alangkah lebih baik jika semua juga mau membaca tulisan sederhana ini.”

    @cosmicbookworm : “Gak semua yg ngomong bahasa Arab itu bahagia, di Arab aja yg bahasa sehari2nya bahasa Arab masih banyak yg depresi, “sakit”, makanya banyak yg menganiaya pekerja domestik.”

    sepertinya hal tersebut kurang pas untuk serta-merta dijadikan alasan untuk menyangkal pernyataan belajar b.arab=bahagia 🙂

    ———————–

    @cahbagoesdewe “Kalau memang dia itu konsisten sama pendiriannya, coba gak usah pake celana, gak usah pake dasi, pake, topi, pake alat teknologi! bisakah? kalau katannya itu semua juga kafir karena barat yang memakai? ada ada saja. So, take it easy …!
    yang menyelamatkan kitra buan semata-mata bahasa Arab, tetapi banyak variabel lain”

    take it easy:)
    terlalu tergesa-gesa juga nih mas^^
    sepertinya judul postingan ini lebih banyak pengaruhnya dibanding isi dari tulisan tersebut. bahasa inggris=orang kafir. Walaupun saya tidak tau pembicaraan sebenernya seperti apa..apakah temennya yang menyebutkan bahwa b.ing=kafir atau yang menyimpulkan b.inggris=orang kafir itu dari pihak penulis.

    tapi yang saya tangkap dari pembicaraan temen penulis “Kita tidak perlu belajar bahasa Inggris. Kita hanya terpengaruh orang-orang Barat.”
    jujur saya tidak setuju dengan “kita tidak perlu belajar bahasa inggris” karna seperti yang saya sebutkan diatas, hal tersebut tergantung individu. Tetapi untuk “Kita hanya terpengaruh orang-orang Barat” tidak bisa dipungkiri ada benarnya juga…mulai daari pergaulan, gaya hidup, kita mulai (bahkan sudah banyak terpengaruh)
    dll
    dan dalam percakapan diatas saya tidak melihat penyudutan sang temen penulis terhadap negara kafir seperti yg dikatakan @cahbagoesdewe
    “… kalau katannya itu semua juga kafir karena barat yang memakai? ada ada saja.”

    yang saya takuti disini ketika @cahbagoesdewe adalah orang islam yang mungkin lagi phobia sama yang berbau tentang islam, terlalu jarang untuk membaca tentang pengetahuan agama, seolah semua hal berbau islam itu sangat bertolak belakang dari kehidupan.

    insya Allah maksud saya disini tidak memihak terhadap siapapun, karna yang benar memang harus dibenarkan dan yg salah harus segera dibenarkan agar tidak menjadi fitnah (Berpaling dari Jalan yang Lurus) bagi yang membacanya, semoga tidak menjadi bahan perdebatan,dan semoga ini kita jadikan bahan diskusi antara saya ataupun semuanya untuk intropeksi agar lebih berhati-hati dalam menyampaikan sesuatu. seperti yang terdapat Dalam kitab shahihnya, Imam Bukhari mengatakan:
    بَابٌ العِلمُ قَبلَ القَولِ وَالعَمَلِ
    “Bab: Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan”

    semoga kita semua bisa saling nasehat-menasehati dengan baik 🙂
    terimakasih

Leave a comment